RSS Feed

Jenis-jenis Majas

Posted by Yona-Fitriyani Label:

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1]. Jenis-jenis Majas Majas perbandingan Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran. Contoh:Perjalanan hidup manusia
seperti sungai yang mengalir
menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak
kedalamannya, yang rela menerima
segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu
dengan laut. 1. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena
sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat
batang hidungnya. 1. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti
layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai". contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan
Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja. 2. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan
menghilangkan kata seperti
layaknya, bagaikan, dll. contoh:
Waspadalah terhadap lintah
darat 3. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk
lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan
manusia. 4. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu
indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya. 5. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri
lain sebagai nama jenis. 6. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau
pekerjaan orang. 7. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama
untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut. 8. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai
untuk menunjukkan hubungan
karib. 9. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta
dengan tujuan merendahkan
diri. 10. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk akal. 11. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku
manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia. 12. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan
benda-benda mati atau tidak
bernyawa. 13. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk
menunjukkan keseluruhan
objek. 14. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang
dimaksud hanya sebagian. 15. Eufimisme: Pengungkapan kata- kata yang dipandang tabu atau
dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebih pantas atau
dianggap halus. 16. Disfemisme: Pengungkapan
pernyataan tabu atau yang
dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya. 17. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang
dapat berpikir dan bertutur kata. 18. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau
disamarkan dalam cerita. 19. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti
ungkapan yang lebih pendek. 20. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. 21. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol
atau lambang untuk
menyatakan maksud. 22. Asosiasi: perbandingan terhadap
dua hal yang berbeda, namun
dinyatakan sama. Majas sindiran Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang
sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta
tersebut.seperti 2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat
mencemooh pikiran atau ide
bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi). 4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi,
atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll. 5. Innuendo: Sindiran yang bersifat
mengecilkan fakta
sesungguhnya. Majas penegasan Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan dengan
cara seolah-olah menyangkal
yang ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan
yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang
sebenarnya tidak diperlukan. 3. Repetisi: Perulangan kata, frase,
dan klausa yang sama dalam
suatu kalimat. 4. Pararima: Pengulangan
konsonan awal dan akhir dalam
kata atau bagian kata yang
berlainan. 5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata,
frase, atau klausa yang sejajar. 7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan
sinonimnya. 8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi
"s" untuk efek tertentu. 9. Antanaklasis : Menggunakan perulangan kata yang sama,
tetapi dengan makna yang
berlainan. 10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari
yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting. 11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran
atau hal secara berturut-turut
dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada hal
yang sederhana/kurang
penting. 12. Inversi: Menyebutkan terlebih
dahulu predikat dalam suatu
kalimat sebelum subjeknya. 13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah
terkandung di dalam pertanyaan
tersebut. 14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang
dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada. 15. Koreksio: Ungkapan dengan
menyebutkan hal-hal yang
dianggap keliru atau kurang
tepat, kemudian disebutkan
maksud yang sesungguhnya. 16. Polisindenton: Pengungkapan
suatu kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan kata
penghubung. 17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata
penghubung. 18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan
tambahan di antara unsur-unsur
kalimat. 19. Ekskalamasio: Ungkapan
dengan menggunakan kata-
kata seru. 20. Enumerasio: Ungkapan
penegasan berupa penguraian
bagian demi bagian suatu
keseluruhan. 21. Preterito: Ungkapan penegasan
dengan cara menyembunyikan
maksud yang sebenarnya. 22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara
suatu kata dengan kata lain
yang berdampingan dalam
kalimat. 24. Silepsis: Penggunaan satu kata
yang mempunyai lebih dari satu
makna dan yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi
sintaksis. 25. Zeugma: Silepsi dengan
menggunakan kata yang tidak
logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua,
sehingga menjadi kalimat yang
rancu. Majas pertentangan Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal
yang seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya
benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase. 3. Antitesis: Pengungkapan
dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan arti satu
dengan yang lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat
menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian
sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan yang
mengandung ketidaksesuaian
dengan antara peristiwa dengan
waktunya.

0 komentar:

Posting Komentar